Konsep
Need for Achievement (N-Ach)
Ilustrasi
Wirausaha
|
Mc
Clelland mengajukan konsep Need for Achievement (N-Ach) yang diartikan
sebagai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin berbuat lebih baik
dan terus maju, selalu berpikir untuk berbuat yang lebih baik, dan memiliki
tujuan yang realistis dengan mengambil tindakan berisiko yang benar-benar telah
diperhitungkan.
Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi biasanya lebih menyukai situasi kerja yang diketahui akan mengalami peningkatan/kemajuan atau tidak. Uang bagi mereka bukanlah tujuan.
Mc Clleland memerinci karakteristik mereka yang memiliki N-Ach yang tinggi sebagai berikut:
Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi biasanya lebih menyukai situasi kerja yang diketahui akan mengalami peningkatan/kemajuan atau tidak. Uang bagi mereka bukanlah tujuan.
Mc Clleland memerinci karakteristik mereka yang memiliki N-Ach yang tinggi sebagai berikut:
1.
Lebih
menyukai pekerjaan dengan risiko yang realistis.
2.
Bekerja
lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan kemampuan mental.
3.
Tidak
bekerja lebih giat karena adanya imbalan uang.
4.
Ingin
bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh pencapaian pribadi (personal
achievement).
5.
Menunjukkan
kinerja yang lebih baik dalam kondisi yang memberikan umpan balik yang jelas
positif.
6.
Cenderung
berpikir ke masa depan serta memiliki pemikiran jangka panjang.
Ukuran N-Ach mampu menunjukkan seberapa besar jiwa wirausaha seseorang. Semakin besar/tinggi nilai N-Ach seseorang, semakin besar pula bakat potensialnya untuk menjadi wirausaha yang sukses.
Karakteristik
Wirausaha
Wiryasaputra
(2004) menyatakan bahwa ada sepuluh sikap dasar karakter wirausaha yaitu:
1.
Visionary
(visioner) yaitu mampu melihat
jauh ke depan, selalu melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil
membayangkan masa depan yang lebih baik. Seorang wirausaha cenderung kreatif
dan inovatif.
2.
Positive
(bersikap positif),
yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir yang baik, tidak tergoda untuk
memikirkan hal-hal yang bersifat negatif, sehingga dia mampu mengubah tantangan
menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yang lebih besar.
3.
ConfIdent
(percaya diri),
sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil keputusan dan
langkahnya. Sikap percaya dan tidak selalu mengatakan “Ya” tetapi juga berani
mengatakan “Tidak” jika memang diperlukan.
4.
Genuine
(asli), seorang wirausaha harus
mempunyai ide, pendapat dan mungkin model sendiri. Bukan berarti harus
menciptakan sesuatu yang betul-betul baru, dapat saja dia menjual sebuah produk
yang sama dengan yang lain, namun dia harus memberi nilai tambah atau baru.
5.
Goal
Oriented (berpusat pada tujuan),
selalu berorientasi pada tugas dan hasil. Seorang wirausaha ingin selalu
berprestasi, berorientasi pada laba, tekun, tabah, bekerja keras, dan disiplin
untuk mencapai sesuatu yang telah ditetapkan.
6.
Persistent
(tahan uji), harus maju terus, mempunyai
tenaga, dan semangat yang tinggi, pantang menyerah, tidak mudah putus asa, dan
kalau jatuh segera bangun kembali.
7.
Ready
to face a risk (siap menghadapi risiko), risiko yang paling berat adalah bisnis gagal dan uang
habis. Siap sedia untuk menghadapi risiko, persaingan, harga turun-naik, kadang
untung atau rugi, barang tidak laku atau tak ada order. Harus dihadapi dengan
penuh keyakinan. Dia membuat perkiraan dan perencanaan yang matang, sehingga
tantangan dan risiko dapat diminimalisasi.
8.
Creative
(kreatif menangkap peluang),
peluang selalu ada dan lewat di depan kita. Sikap yang tajam tidak hanya mampu
melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakan peluang.
9.
Healthy
Competitor (menjadi pesaing yang baik).
Kalau berani memasuki dunia usaha, harus berani memasuki dunia
persaingan.Persaingan jangan membuat stres, tetapi harus dipandang untuk
membuat kita lebih maju dan berpikir secara lebih baik. Sikap positif membantu
untuk bertahan dan unggul dalam persaingan.
10.
Democratic
leader (pemimpin yang demokratis),
memiliki kepemimpinan yang demokrastis, mampu menjadi teladan dan inspirator
bagi yang lain. Mampu membuat orang lain bahagia, tanpa kehilangan arah, dan
tujuan, dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya
sendiri.
Kemampuan yang harus dimiliki wirausaha
Wirasasmita
(1999) mengemukakan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh wirausaha
yaitu:
1.
Self
knowledge, yaitu memiliki
pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan atau ditekuninya.
2.
Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan
perspektif serta tidak mengandalkan pada sukses masa lalu.
3.
Practical
knowledge, yaitu memiliki
pengetahuan praktis, misalnya pengetahuan teknik, desain, prosesing, pembukuan,
administrasi, dan pemasaran.
4.
Search
skill, yaitu kemampuan
menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
5.
Forseight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
6.
Computation
skill, yaitu kemampuan berhitung
dan memprediksi keadaan masa yang akan datang.
7.
Communication
skill, yaitu kemampuan untuk
berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.
Wirausaha
yang berhasil
Pearce
dalam Winardi (2003) mengemukakan karakteristik wirausaha yang berhasil adalah:
1.
Komitmen
dan determinasi yang tiada batas. Di sini tingkat komitmen para wirausaha
biasanya terganggu oleh kesediaan mereka untuk merusak kondisi kemakmuran
pribadi mereka, oleh kesediaan untuk menginvestasi waktu, menolerir standar
kehidupan lebih rendah dibanding standar kehidupan yang sebenarnya dapat
dinikmati mereka termasuk berkumpul dengan keluarga mereka.
2.
Dorongan
atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi. Secara tipikal dirangsang oleh
kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih mereka pada masa lampau; uang
semakin kurang berarti sebagai motivator dan uang lebih banyak dijadikan alat
untuk mengukur hingga dimana pencapaian prestasi mereka.
3.
Orientasi
ke arah peluang serta tujuan. Para wirausaha yang berhasil cenderung memusatkan
perhatian mereka kepada peluang yang mewakili kebutuhan yang belum terpenuhi
atau problem yang menuntut adanya pemecahan.
4.
Fokus
pengendalian internal. Wirausaha yang berhasil sangat yakin akan diri mereka
sendiri, adanya anggapan bahwa yang mengendalikan nasib perusahaan dengan
sendirinya tanpa ada kekuatan luar yang mengendalikan dan menentukan hasil yang
diraih mereka. Mereka bersifat realistik tentang kekuatan dan kelemahan.
5.
Toleransi
terhadap ambiguitas. Wirausaha yang baru memulai usaha baru menghadapi
kebutuhan untuk mengembangkan pengeluaran untuk upah karyawan dan keuntungan
yang diterima, kemudian menerima hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang
berubah, pelanggan silih berganti termasuk kemunduran-kemunduran sebagai bagian
dari kehidupan mereka.
6.
Mempersiapkan
diri untuk mengantisipasi problem yang mungkin timbul, mengonfirmasi akan
peluang yang ada dan apa yang diperlukan untuk meraih keberhasilan, menciptakan
cara untuk berbagi risiko dengan rekanan, pelanggan, investor, kreditor, dan
dengan hati-hati mengendalikan peranan pokok dalam melakukan operasi perusahaan
mereka.
7.
Meski
kekuasaan dan status dapat diraih, tetapi tetap lebih memusatkan perhatian pada
peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan.
8.
Tidak
terintimidasi dengan situasi sulit, dapat bersifat desisif (berani mengambil
keputusan) serta dapat menunjukkan kesabaran apabila persfektif jangka panjang
dianggap sebagai hal yang tepat.
9.
Secara
agresif mencari umpan balik yang memungkinkan mempercepat kemajuan serta
efektivitas. Membina hubungan dengan orang untuk mendapatkan pelajaran yang
bermanfaat.
10.
Kemampuan
menghadapi kegagalan secara efektif dengan dapat menerima kegagalan dan
memanfaatkannya sebagai suatu proses belajar.
0 comments:
Post a Comment